terserah Anda!

Jika melihat di linimasa twitter saya mungkin akan ada yang berasusmi bahwa saya memihak pada salah satu pilihan calon presiden, asumsimu tidak salah, namun jika boleh mengklarifikasi, yang lebih tepat saya tidak memihak pada salah satu pilihan calon presiden. Lantas apa bedanya? Jelas berbeda, saya tidak memihak pada capres X, berarti memungkinkan saya untuk memihak pada capres Y, atau Z, namun di kasus ini capresnya hanya dua, jadi jika saya tidak memihak pada capres X, boleh dikatakan saya memihak pada capres Y. Tapikan kamu bisa saja tidak memilih kedua capres? Tepat, saya bisa tapi saya memilih untuk memilih.

Tidak perlu ditanyakan lagi mengapa saya tidak meletakan pilihan kepada si capres X, karena sudah jelas, masalah beliau di masa lalu yang belum juga terselesaikan hingga kini jadi alasan utama dan pertama saya untuk tidak memilihnya. Jauh, jauh sebelum saya ada di titik ini, saya sudah mengikuti segala macam hal yang berkaitan dengan isu 98. Mendengar dari kawan, membaca di koran, melihat di artikel, mengikuti kultwit, menonton di youtube dan dari setiap hal yang saya lakukan itu berakhir dengan perasaan sesak di dada. Entah mengapa saya, yang Puji Tuhan, tidak memiliki keterkaitan apapun dengan korban '98 yang hilang, dilesapi perasaan seperti itu saat mengetahui apa yang terjadi, apalagi mereka, Ibu, Ayah, Kakak, Adik dan Anak-anak mereka masih menanti-nantikan orang yang paling dikasihinya, mungkin sambil menangis.

Mungkin yang membuat hati mereka lebih teriris, adalah saat mengetahui salah satu orang yang bertanggung jawab atas derita tersebut kini sedang tersenyum (entah) tulus (atau tidak) sambi memamparkan visinya akan Indonesia yang lebih baik di atas panggung, di mimbar diskusi, di billboard, dan di iklan-iklan televisi nasional.

Miris? Sekali.
Tapi kita belum sampai bagian paling apik kawan, masih ada orang-orang di belakang beliau yang memiliki latar belakang yang terlalu buruk untuk menjadi pemimpin kita, pemimpin Indonesia. Wakilnya yang bak superman dengan begitu mudah menyelamatkan putra tercintanya dari hukum pidana, bimsalabim sang anak sudah melanjutkan sekolah di Inggris, dan abrakadabra anaknya muncul beberapa kali di televisi sebagi tim pemenangan bapakknya, luar biasa! belum selesai, sang wakil baru beberapa jam lalu tersangkut kasus mafia migas dan namanya masuk ke list dalam buku laporan di kantor KPK.

-saya baru saja mengecek jendela sebelah, dan kemudian bercucuran air mata membaca kata-kata seorang Bapak yang kebebasan anaknya dimatikan hanya karena menyuarakan apa yang seharusnya disuarakan-


Semakin mendekati hari pemilihan lingkungan saya baik sosial maupun virtual riuh sekali membahas mengenai pesta ini. Pembahasan-pembahasan itulah yang mengantarkan saya pada suatu pertanyaan besar, adakah alasan lain kamu memilih capres Y, selain sesederhana alasan kamu tidak mamu memilih capres X? Itu bagian utama, dan alasan pendukungnya adalah saya percaya bahwa orang yang akan saya pilih adalah dia yang punya hati sekaligus ambisi untuk membuat negara ini bergerak dari titik mengerikan ini.

Sang capres memang tidak gagah, badannya kurus, kulitnya cokelat, senyumnya lebar, persis seperti manusia Indonesia kebanyakan. Latar belakang politiknya mungkin tak banyak, bahasa internasionalnya mungkin tak fasih, kemampuan analisis ekonominya mungkin tak jago, tapi saya tahu negara ini sudah memiliki terlalu banyak orang yang demikian, yang niatnya memperbaiki bangsa namun terjerumus nafsu mendapat kuasa. Negara ini butuh -mereka- yang lahir dari kita, dan mau bekerja untuk kita, manusia-manusia Indonesia, dan satu di antara -mereka- ada dalam diri orang yang akan saya pilih beberapa hari nanti.

Satu hal lain yang membuat saya tak ragu adalah saya tahu saya sedang bergerak bersama manusia Indonesia yang merindukan perubahan. Jika, hanya jika pada akhirnya orang ini benar menjadi pimpinan Indonesia lima tahun ke depan, dan dia melakukan hal-hal yang tidak selayaknya dilakukan sebagai pemimpin seperti mengkhianati rakyat yang mendukungnya atau berkelit dari setiap janji-janjinya, saya yakin manusia-manusia Indonesia ini pun tak mungkin diam dan sedia kembali bergerak, melakukan perlawanan demi tiba pada kerinduannya: bersama-sama mengubah Indonesia ke keadaan yang lebih baik.

Saya memilih dia,
Saya percaya, terserah Anda!

yuliana, manusia Indonesia.

Tujuh tiga nol nol

Woaaaa Brok demi apa Lau udah 20 tahun? Setdah sepertiga usia harapan hidup manusia Indonesia Bro. Tuak!
Umur udah segini opening statement di blog belum ada kemajuan jugak dari kapan tau :(
tapi kalian tetep sayang akukan? *digebok

Oke kita serius nih yak, jadi sebenernya gue agak kepikirian bahkan nyerempet ke arah senewen karena, eh bentar kalian ada yang nggak ngerti arti senewen? Kalo di KBBI itu artinya: gugup; bingung; hilang akal; agak gila. Untuk arti ke-4 sih kayanya nggak cocok dikasih ke gue, wong bukan agak tapi udah kebangetann. :') | Katanya mau serius Yul? | Maapkeun, iya ini beneran nih serius. Jadi gini gais gue udah memikirkan apa yang akan terjadi hari ini dan hari-hari setelah hari ini sih dari hari kemarin, dua puluh satu hari yang lalu, bahkan 365 hari yang lalu dari hari ini. Udah pada bingung belum? Saya udah donggg.
Kenapa hari ini begitu penting sampe menyita tempat di otak gue untuk gue pikirkan terus menerus? Bukan sekadar karena gue ulang tahun, ulang tahun mah udah sering dari kecil, tapi lebih ke bentuk lilin yang menancap di kue-kue yang akan gue dapatkan hari ini. Oke gue jujur aja yak ini sebenernya modus ngarep di-surprise-in pake kue ultah. WOY! *dikperuk.

Iya lilin itu akan berbentuk angka 20, angka yang akan gue sandang satu tahun ke depan, sama aja sebenernya kaya 19, 11, atau 6, gue cuma sandang angka-angka itu selama setahun dan nggak lebih, tapi yang buat 20 berbeda karena ada kata 'puluh' di sana. Kata ini yang akan selalu ada di tengah atau akhir umur gue nantinya, yak angka ini jadi gerbang buat gue memasuki pendewaasaan yang memang selayaknya dewasa, jelas gue nggak akan tau hal apa yang akan gue temuin di umur-umur dengan kata puluh selanjutnya, mungkin gue akan ketemu pilihan-pilihan yang butuh lebih banyak pertimbangan, mungkin gue akan ketemu keadaan di mana gue terlalu enggan dan takut untuk nyoba suatu hal karena hal itu terlampau besar, mungkin gue akan sampai di situasi di mana gue lupa bahwa ada kata 'semangat' di perbendaharaan kata kita. Mungkin, gue nggak tau, tapi yang pasti hal yang akan gue temuin di depan sana akan semakin nggak mudah. Itulah, kenapa hari ini jadi sedikit lebih penting dari biasanya. Tapi gue sadar sih, memikirkan segala hal yang masih bersifat mungkin bisa buat diri sendiri gila, untuk itu mulai sekarang saat segala kemungkinan buruk mengetuk gue akan paksa diri gue untuk berani buka pintu, berbincang, lalu segera menyelesaikan urusan dengannya secepat-cepatnya. Kalo nggak gitu, urusannya akan lebih repot karena mungkin aja kemungkinan buruk lain sedang dalam perjalanan untuk kembali mengetuk. #MungkinCeption

Buat adik-adik emesh yang sekarang lagi hectic sama PR matematika, libur sekolah yang nggak kemana-mana, dan cinta-cinta yang tak bersuara kakandamu ini mengingatkan untuk bersenang-senanglah dik, bersenang-senanglah! Karena kamu tidak pernah membayangkan bahwa akan sesulit ini jadi dewasa :')
*Aih mati nggak tuh kata-katanya?

Yaudahlah yak, selamat meneruskan perjalanan dear self, gue doain semoga semuanya akan baik-baik aja, kalaopun tidak, semoga lu mampu maksa diri lu sendiri untuk menghadapinya, gue juga mau bilang makasih untuk perjalanan yang terbilang nggak mudah selama tujuh ribu tiga ratus hari terakhir ini, percayalah itu adalah tujuh ribu tiga ratus hari terbaik dalam hidup gue! Dan pesan terakhir: Jangan pernah takut untuk terluka bro, karena setiap bekas luka baik di lengan kanan, lutut kiri, telapak kaki kiri bahkan di hati lu adalah pertanda bahwa lu pernah kuat dan kemudian memanangkan rasa sakit itu :'D
Dan terakhir, terakhir bangetttt, saat lu nggak sanggup, jangan ragu untuk menyerah, menyerahkan segala lelah dan kesah kepada Dia Yang Maha. :')

Dear self, I love you.
Okaysip? Okaysip.


Salam cinta dari seseorang yang pernah berusia belasan,
di tengah sautan Bell dan Tickety-tock dari cellphone yang mengantarkan beribu doa dan harapan,
Yuliana Tarigan.
Copyright @ incrediblife | Floral Day theme designed by SimplyWP | Bloggerized by GirlyBlogger | Distributed by Deluxe Templates