Aku pada Waktu

Aku menyukai siang
karena selalu ada ruang untuk mencicipi senang dan riang
di sana sosokmu terkalahkan oleh surya benderang.

Aku menikmati senja
karena keindahan langit terakumulasi dengan sederhana
kemudian memori tentangmu perlahan-lahan sirna.

Aku mencintai malam
karena bulan yang temaram meredakan segala dendam
terlebih bayang dirimu telah sepenuhnya hilang ditelan senyap yang kelam.

Aku membenci pagi
karena semua mimpi-mimpi harus terhenti
dan tanpa kendali aku mulai mencintaimu lagi.

Depok, Oktober 2014
Yuliana Tarigan

Organisasi? Lebih dari itu, mereka keluarga.

Sebelum saya kenalin siapa yang saya maksud sebagai "mereka" di atas,
coba kamu jawab pertanyaan ini dulu:
Pernah nggak kamu masuk ke dalam satu kelompok, yang nggak semua orang di dalamnya kamu kenal, tapi kamu "dipaksa" untuk bekerja sama dengan mereka dalam waktu yang relatif lama, merasa sulit di awal namun kemudian segalanya berjalan terlalu baik, sampai orang-orang asing tadi bertransformasi jadi selayaknya keluarga, kamu merasa begitu nyaman hingga tak ingin dipisahkan, tapi tetiba kamu sadar bahwa waktunya akan berakhir, segala pekerjaan hampir selesai, dan tali itu tidak lagi mengikat kuat hingga hampir terlepas yang kemudian memungkinkan perpisahan kembali antara kamu dengan mereka. Pernah?
Saya pernah, dan kabar buruknya saya sedang ada di bagian terakhir, di mana langkah kami akan segera terpisah.

Perkenalkan, mereka Keilmuan HM ADM 2014,
aduh percayadeh saat menulis ini rasanya campur aduk, antara senang tapi juga sedih, antara senyum ngembang tapi mata mbrebes mili. :')

Mereka orang-orang keren, sembilan pribadi, ide, karakter, kelebihan dan kekurangan yang membuat mereka hebat dengan versinya masing-masing.
Seperti yang saya tulis di atas, buat saya awalnya sulit karena sebagian besar dari mereka hanya sebatas saya tahu, bukan kenal, tapi memang semesta kadang terlalu baik, seringkali saya ditempatkan di lingkungan yang orang-orangnya secara umum punya perspektif mengenai hal yang dianggap gila yang sama dengan saya. Itulah yang buat tujuh bulan kebersamaan kami tiba-tiba kok habis aja gitu.
Iya kerja sama dengan orang-orang yang setipe dengan kamu ngebuat setengah pekerjaan selesai. :)

Hmm yuk kenal mereka satu-satu!
Kenalin, Shabrina "Shabby" Adzhani Dewi. Di balik wajah cerah dan senyum indah yang dia miliki kalian nggak akan tahu bahwa ada hati yang begitu kuat yang rela jatuh pada orang yang sama berkali-kali. Duh Shabb :') Ya gitulah kalau kalian berkesempatan ketemu Shabby, jangan kaget saat dia mulai berbicara tentang hati dan hati dan hati. Tapi di luar itu Shabby PJ Debat Indo tertahan banting sih, karena orang-orang yang harus dipegangnya bukan mereka yang tergolong mudah, dan saya tahu dia mencoba sekuat itu untuk memberi yang terbaik. Shabby ini juga yang dengan rela hati dipotong waktu tidurnya dan dirusak dapur kosannya untuk mendukung kegilaan saya mengusahakan dana saat Kompres Maba kemarin.
Selanjutnya, Dini "Dinzi" Izzati. Ntahlah gimana gambarin manusia satu ini, yang jelas doi kritis abis dan frontal, saat dia nggak suka sama seseorang dia akan kasih liat itu, terang-terangan, itu buat saya pada awalnya nggak siap dekat dengan Dinzi, tapi makin ke sini ya ngerti kalau yang dia lakukan memang beralasan. PJ Trivia dan Sekum terasoy, yang memang harus kalian kenal ini, selalu punya cara menghibur kami bahkan mungkin di tengah perasaanya sendiri yang sedang butuh hiburan. #Eaaa. Ohiya Dinzi ini juga orang yang paling sering saya minta sarannya saat saya sudah bingung harus melakukan apa, ya udah cocok bangetlah jadi "Bunda"nya anak-anak 2014 ;)
Ketiga, Ryandita "KaDith" Marisa. Kadith baik bangettt, dia loyal sekaligus royal, selain mami, Kadith adalah donatur tetap untuk menunjang kebutuhan logistik kami. :') Kadith juga ngajarin saya untuk cepat beradaptasi dalam lingkungan yang belum terlalu familiar dan selalu bertanggungjawab akan setiap hal yang memang dilimpahkan kepadanya serumit apapun keadaanya. Seminar CVnya keren kok Kadithhhh.. seriusan! :D
Kemudian, Annisa "Nisa" Sakdiah. Mungkin karena saya yang tidak terlalu dekat dengan Nisa agak sulit buat saya gambarin si ibu dengan hijab yang hits banget ini, tapi yang jelas Nisa unik dengan caranya sendiri. Iya saya mendapat banyak pelajaran dari dia selama kebersamaan kami hehe, dan mungkin karena suka ilang-ilangan kehadiran Nisa di tengah kami seringkali terasa spesial.
Lalu, Afriansyah "Afri" Saleh. Bapak PO Kompres dan PJ Debat Inggris sepanjang masa ini punya karakter yang hampir identik dengan saya, makanya selain ketawa-ketawa bareng nggak jarang kita juga suka adu pendapat yang berujung sebuah pertengkaran hebat. Selain itu di banyak kesempatan Afri juga jadi partner in crime terbaik, inget kasus peminjaman ruangan untuk BBA nggak Fri? :)) Nggak hanya melakukan kriminalitas bareng, dia juga selalu jadi wadah saya menyalurkan segala tindakan kriminal alias saya isengin, bagian terasik ngisengin Afri tuh dia nggak pernah marah. Hahaha. Walau belakangan saya ngerasa dia menghilang entah kemana, tapi dia cukup berjasa untuk saya karena saat saya butuh bantuan Afri selalu ada dan bantu sebisanya.
Keenam, Eko "Koko" Galih Saputro, hmm saya sebenernya mau ngenalin dia lewat proker yang dia pegang tapi.. tapiii.. hmmm, prokermu apa ya Ko? #LaluDitabok. Oke bukannya nggak punya proker, tapi justru terlalu banyak. Nih ya kalau aja semua kepanitiaan yang diikuti Koko dalam enam bulan terakhir ngasih kaos, Koko bisa pake kaos kepanitiaan yang berbeda setiap harinya dalam sebulan. Iya sebanyak itu, dan karena itulah dia jadi sefemes itu di ADM, setelah ketua angkatan lalu atlet dari timur Indonesia itu Kokolah orang selanjutnya yang paling dikenal di ADM. 8) Kadang Koko jadi goni basah yang bisa memadamkan api dalam diri saya, namun juga sering kali justru jadi pemantik yang memicu api besar itu keluar. Pemikir handal yang sangat baik dalam mengkonsepsi suatu hal ini selalu jadi tempat segala cerita tercurah, mulai dari organisasi, kelas, dosen, dan cerita tentang hati kita masing-masing. Ayolah Ko, jangan kelamaan "bertahahan" akh!
Next, Janice "Jenis/Janiceu" Zerlinda, si cantik yang memang saya anggap sebagai adik bungsu ini selalu punya cara untuk membawa tawa di tengah-tengah keluarga ini. Selayaknya semua kakak terhadap adik bungsunya, Jenis selalu jadi objek keisengan saat saya lagi nakal-nakalnya. Saya pasti akan sekangen itu dengan teriakan "Aakkk Yuliiiii!" saat saya ngunciin dia di kamar mandi Gedung M lantai 3, atau bawa dia ke lantai 4 yang gelap, atau nge-cie-cien dia dengan si itu haha. Berulang kali dihadapkan dengan tantangan di proker Belajar Bareng ADM (BBA) nggak buat Jenis jadi lemah lalu menyerah, senyum itu nggak pernah hilang bagaimanapun sulitnya tantangan yang harus dilewati, iya senyum yang sama yang ngebuat Jenis makin cantik aja tiap harinya. :)
Dan, Luthfi "Papi" Rafif, saya juga lupa sejak kapan kami memanggil Beliau dengan sebutan Papi, tapi memang segala yang dilakukan Papi benar-benar seperti seorang ayah dalam sebuah keluarga. Menghibur, mengayomi, menyemangati, dan menjadi pasangan yang baik untuk Mami. Meski kadang hilang nggak bisa ditemuin tapi saya bersyukur karena entah gimana caranya saat saya merasa keadannya makin buruk, papi muncul dan meringankan apa yang tadinya terasa begitu berat, atau kadang justru memberatkan apa yang tadinya terasa ringan? Hahah canda Pih :)) Dan yang saya salut, di luar keluarga ini, papi masih menyeimbangkan dirinya dengan hal yang ia minati termasuk berprestasi lewat hal-hal itu. Dan lebih salutnya lagi doi HM ADM 1 2015 tjoy! Selamat dan Semangat mejadi nahkoda yang tangguh ya Pih. \m/
Serta, Sara "Mami" Mafati Daeli. Aduhhh :') Seandainya bukan mami yang ada di posisi itu, saya nggak yakin perasaan haru akan muncul dalam diri saya hari ini. Mami tuh sosok yang memang sempurna melengkapi papi untuk memimpin kami. Kelembutan mami menyeimbangkan ketegasan Papi, dan sebaliknya saat Papi mulai tak tau arah, Mami datang membenarkan arah. Secara pribadi saya menaruh hormat yang setinggi-tingginya untuk Mami yang sudah begitu banyak berkorban, yang lengannya selalu cukup lebar untuk memeluk kami satu persatu, dan yang senyumnya selalu membangkitkan energi saat kami sedang lelah-lelahnya. Saya tahu Mami melakukan yang terbaik yang dia bisa, yang belum tentu orang lain mampu. Maaf ya Mam karena aku suka nyusahin. :')

Terima kasih, untuk segala hal dalam tujuh bulan terkahir ini, untuk tepukan di bahu saat saya sudah merasa lelah, untuk penerimaan kalian atas ke-apa-adaan saya, untuk menemani dan menjadi teladan saya dalam mempelajari banyak hal, untuk bermain sambil berbagai suka dan duka, untuk cinta yang menyelimuti kita sebagai keluarga. Iya saya menemukan banyak di sini, termasuk pengembangan diri saya sendiri hingga batas yang tak terbatas.

Sekali lagi terima kasih karena di tengah kamar tidur yang cukup luas dan dingin ini, kalian sudah memberikan saya kesempatan untuk menikmati kasur yang mungkin tidak terlalu mewah namun selalu cukup nyaman dan hangat tempat segala penat habis terlumat.
Besok mungkin kita tidak lagi berada pada satu kasur yang sama karena kita akan membangun kasur kita masing-masing, mungkin akan ada yang keluar dari kamar dan memutuskan bermalam di kamar berbeda atau ruang keluarga, atau bahkan mungkin lusa beberapa di antara kita akan keluar dari rumah besar ini untuk memulai perjalanan panjang menggapai cita, cinta, dan cerita bahagia masing-masing.
Tapi saya tahu kita tidak berpisah, jauh di atas atap kita yang berbeda masih ada langit yang sama yang telah dan akan merekam kisah kita.
Semesta tahu betapa saya bersyukur atas kehadiran kalian.
Terima kasih Kelmuan HM ADM 2014.

Terima kasih. :)

Terakhir, hanya agar kalian tahu bahwa kelak saat orang bertanya mengenai alasan apa yang membuat saya merasa kehidupan kampus jadi begitu menyenangkan, mungkin kalian adalah satu dari sedikit jawaban yang akan muncul di kepala lalu mengukir senyum di bibir. :)

Salam I U THINK THINK
Yuliana Tarigan
Staf Departemen Keilmuan
HM ADM 2014

Pada akhirnya

Hai kamu orang asing
yang tawanya memenuhi rongga ingatanku dengan begitu bising,
baik-baikkah di sana?

Kabar diriku? Entahlah,
belakangan ini aku baru sadar
bahwa kombinasi sorot mata dan simpul senyummu itu magis,
buatku lupa akan segala tangis,
lalu merayakan sisa hari dengan manis.

Andai aku mampu,
ingin sekali kuberitahu
bahwa di titik yang jauhnya ribuan langkah dari tempatmu berdiri
ini aku merindu orang yang sama:
bayang di depan cerminmu dengan sorot dan simpul itu.

Ya raga kita tak dekat,
namun tak sanggup kubohongi diri bahwa di kepalaku namamu tetap lekat.

Aku tak sepenuhnya setuju istilah diam adalah emas,
karena hanya diam padahal begitu merindukanmu justru buatku bias,
bahagiaku terampas.

Mungkin saat ini hatiku sedang menggali kuburnya sendiri
tepat di antara rindu yang menggebu dan gengsi yang meninggi.

Dan pada akhirnya
aku sadar bahwa aku sampai pada suatu masa di mana
berharap ada di masa sebelum kamu datang,
atau bermimpi ada di masa kita bergandeng tangan.

-YulianaTarigan

terserah Anda!

Jika melihat di linimasa twitter saya mungkin akan ada yang berasusmi bahwa saya memihak pada salah satu pilihan calon presiden, asumsimu tidak salah, namun jika boleh mengklarifikasi, yang lebih tepat saya tidak memihak pada salah satu pilihan calon presiden. Lantas apa bedanya? Jelas berbeda, saya tidak memihak pada capres X, berarti memungkinkan saya untuk memihak pada capres Y, atau Z, namun di kasus ini capresnya hanya dua, jadi jika saya tidak memihak pada capres X, boleh dikatakan saya memihak pada capres Y. Tapikan kamu bisa saja tidak memilih kedua capres? Tepat, saya bisa tapi saya memilih untuk memilih.

Tidak perlu ditanyakan lagi mengapa saya tidak meletakan pilihan kepada si capres X, karena sudah jelas, masalah beliau di masa lalu yang belum juga terselesaikan hingga kini jadi alasan utama dan pertama saya untuk tidak memilihnya. Jauh, jauh sebelum saya ada di titik ini, saya sudah mengikuti segala macam hal yang berkaitan dengan isu 98. Mendengar dari kawan, membaca di koran, melihat di artikel, mengikuti kultwit, menonton di youtube dan dari setiap hal yang saya lakukan itu berakhir dengan perasaan sesak di dada. Entah mengapa saya, yang Puji Tuhan, tidak memiliki keterkaitan apapun dengan korban '98 yang hilang, dilesapi perasaan seperti itu saat mengetahui apa yang terjadi, apalagi mereka, Ibu, Ayah, Kakak, Adik dan Anak-anak mereka masih menanti-nantikan orang yang paling dikasihinya, mungkin sambil menangis.

Mungkin yang membuat hati mereka lebih teriris, adalah saat mengetahui salah satu orang yang bertanggung jawab atas derita tersebut kini sedang tersenyum (entah) tulus (atau tidak) sambi memamparkan visinya akan Indonesia yang lebih baik di atas panggung, di mimbar diskusi, di billboard, dan di iklan-iklan televisi nasional.

Miris? Sekali.
Tapi kita belum sampai bagian paling apik kawan, masih ada orang-orang di belakang beliau yang memiliki latar belakang yang terlalu buruk untuk menjadi pemimpin kita, pemimpin Indonesia. Wakilnya yang bak superman dengan begitu mudah menyelamatkan putra tercintanya dari hukum pidana, bimsalabim sang anak sudah melanjutkan sekolah di Inggris, dan abrakadabra anaknya muncul beberapa kali di televisi sebagi tim pemenangan bapakknya, luar biasa! belum selesai, sang wakil baru beberapa jam lalu tersangkut kasus mafia migas dan namanya masuk ke list dalam buku laporan di kantor KPK.

-saya baru saja mengecek jendela sebelah, dan kemudian bercucuran air mata membaca kata-kata seorang Bapak yang kebebasan anaknya dimatikan hanya karena menyuarakan apa yang seharusnya disuarakan-


Semakin mendekati hari pemilihan lingkungan saya baik sosial maupun virtual riuh sekali membahas mengenai pesta ini. Pembahasan-pembahasan itulah yang mengantarkan saya pada suatu pertanyaan besar, adakah alasan lain kamu memilih capres Y, selain sesederhana alasan kamu tidak mamu memilih capres X? Itu bagian utama, dan alasan pendukungnya adalah saya percaya bahwa orang yang akan saya pilih adalah dia yang punya hati sekaligus ambisi untuk membuat negara ini bergerak dari titik mengerikan ini.

Sang capres memang tidak gagah, badannya kurus, kulitnya cokelat, senyumnya lebar, persis seperti manusia Indonesia kebanyakan. Latar belakang politiknya mungkin tak banyak, bahasa internasionalnya mungkin tak fasih, kemampuan analisis ekonominya mungkin tak jago, tapi saya tahu negara ini sudah memiliki terlalu banyak orang yang demikian, yang niatnya memperbaiki bangsa namun terjerumus nafsu mendapat kuasa. Negara ini butuh -mereka- yang lahir dari kita, dan mau bekerja untuk kita, manusia-manusia Indonesia, dan satu di antara -mereka- ada dalam diri orang yang akan saya pilih beberapa hari nanti.

Satu hal lain yang membuat saya tak ragu adalah saya tahu saya sedang bergerak bersama manusia Indonesia yang merindukan perubahan. Jika, hanya jika pada akhirnya orang ini benar menjadi pimpinan Indonesia lima tahun ke depan, dan dia melakukan hal-hal yang tidak selayaknya dilakukan sebagai pemimpin seperti mengkhianati rakyat yang mendukungnya atau berkelit dari setiap janji-janjinya, saya yakin manusia-manusia Indonesia ini pun tak mungkin diam dan sedia kembali bergerak, melakukan perlawanan demi tiba pada kerinduannya: bersama-sama mengubah Indonesia ke keadaan yang lebih baik.

Saya memilih dia,
Saya percaya, terserah Anda!

yuliana, manusia Indonesia.
Copyright @ incrediblife | Floral Day theme designed by SimplyWP | Bloggerized by GirlyBlogger | Distributed by Deluxe Templates